Sabtu, 11 April 2015

Janji Indah Pantai Pagi 3 (Keindahan suatu penerimaan)

Kejujuran hati..

Ingatkah kau atas pantai senja yang menjadi saksi atas kepergianmu saat itu? aku yang melepasnya padamu? Membiarkanmu membawanya dari hidupku? Ya, kini takdir kembali membawaku pada sisi dunia yang pernah ku tinggalkan banyak hal. Dulu, ku berjanji padamu, dulu ku melepas semuanya padamu.

Hai, ini aku, aku yang dulu pernah berjanji padamu..

Entahlah, jujur aku malu bertemu denganmu. Ya! Aku tahu, aku tak bisa berbohong padamu..

Saat ku jejakkan kaki di pantai itu, pasir pantai menyambutku.. masih tetap lembut seperti dulu. deburan ombak bergemuruh, persis seperti dulu.. angin pantai lembut menyapaku,, sama seperti dulu.. menatap langit biru, menambah suasana haru.

Semua tak ada yang berubah..

Aku jatuh terduduk dihadapanmu, entahlah, semua seolah berputar di benakku. Lalu, anak ombak menyentuh lembut jemari kakiku, seolah menyapa..

Hai, ternyata kau masih ingat padaku, aku yang dulu pernah rapuh dihadapanmu..

Ku tersenyum, menatapmu hampa..

Lalu, anak ombak sekali lagi menyentuh jemari kakiku, dingin namun lembut.

Aku teringat akan janjiku yang pernah aku ikrarkan padamu, aku teringat akan hari dimana aku melepasnya padamu, merelakannya pergi..

Sungguh, aku tahu kau pun tahu, aku tak pernah bisa berbohong padamu. Tapi sungguh betapa aku malu, karena nyatanya kini aku masih membawa nama yang sama, sama seperti saat itu,

Aku tahu, saat itu aku berjanji untuk melepas apa yang aku ingin raih, karena ia semakin semu disaat semua semakin dalam.. Ironis, tapi sungguh aku bisa apa?

Lalu kau hadir menghiburku dengan segala keindahanmu, dan membuatku berjanji dihadapanmu..

Ombak cukup besar memukul tubuhku, membuat tubuh ini setengah kuyup.

Ya, tampar aku! Pukul aku! Aku tahu betapa bodohnya aku, aku tahu betapa rapuhnya aku, aku pantas mendapatkan itu.

Aku tahu kau sungguh kecewa padaku, aku tahu kau sungguh marah padaku, aku tahu kau tak ingin melihatku.

Sekali lagi, ombak cukup besar memukul tubuhku, membuat tubuh ini benar-benar kuyup, membuat tubuh ini bergeser beberapa langkah.

Aku tahu salahku, aku tahu. Tampar aku! Aku benar-benar tak tahu apa yang harus aku lakukan, aku hanya tak ingin membohongi diriku lebih jauh, hanya itu. kau tahu?

Entah, hujan mulai turun. Semakin lama, semakin deras. Aku memjamkan mata, kubiarkan wajah dan tubuhku kuyup tersiram air hujan. Kau ingin aku pergi dari sini? Tidak, aku tak akan kemana-mana.

Sungguh, aku pun tak tahu. Ternyata sejak dulu, nama itu tak pergi kemanapun, tak hilang kemanapun, tak beranjak sedikit pun. Hanya aku, hanya aku yang membuat bayangan semu seolah-olah ia pergi dari hidupku.

Nama itu masih tersimpan...

Aku tahu aku salah, aku tahu aku telah mengecewakanmu, aku tahu salahku yang kembali menyayangi orang yang sama, tapi sungguh, berulangkali ku coba, nama itu benar-benar tetap berada disana...

Sungguh aku tak tahu mana yang benar mana yang salah,

Apa yang harus kulakukan?

Aku tertunduk lebih dalam, mataku semakin buram, wajahku kuyup antara air hujan, atau air mata. Aku melipat kakiku lebih dalam lagi. Anak ombak menyentuh jemari kakiku, dingin.

Aku benar-benar menyayanginya, meski aku tahu, terlalu beresiko.

Tapi sungguh aku benar-benar menyayanginya, maafkan aku.

Hujan terhenti, sekali lagi anak ombak menyentuh kakiku, lembut.

Inikah saatnya aku menerima?

Ini aku, aku tetaplah aku. Cukup sudah aku membohongi diriku sendiri, cukup sudah aku membuat bayang semu, biarkan ini mengalir seirama dengan mu, seirama darah ditubuhku. Biarkan aku menerima ini, dengan penerimaan terbaik yang dapat kupersembahkan. Aku serahkan semuanya pada waktu, biarkan waktu yang bermain kini. Biarkan nama itu tetap berada disana. Jika memang waktu berpihak, nama itu akan berbinar dan benar-benar melengkapi hidupku,  menghisi seluruh ruang hati. Tapi jika tidak, biarkan nama itu tetap tersimpan rapi pada sepotong kecil hati, karena akan selalu ada tempat, untuknya ‘kembali’...

Percaya atau tidak, ia telah membawa sepotong hati ini..

Maafkan aku, terimakasih...

“jangan pedulikan semua amarahku, maaf aku terbawa emosi, namun sungguh aku menyayangimu. Aku hanya ingin kau bahagia, apapun itu, jangan kau bohongi dirimu lebih jauh, kau yang lebih tahu isi dan kondisi. Memang aku siapa? Aku hanya sisi dunia yang mana kau sungguh mempercayaiku untuk mendengarkan segala keluh kesahmu. Datanglah lagi kapanpun kau mau, aku akan tetap berada disana.. tetaplah tersenyum..”

~27 Desember 2014~
_Pantai Karanghawu (Pelabuhan Ratu)_

;)


n_n


....


:)