Minggu, 31 Januari 2016

Janji Indah Pantai Pagi 4 (Halaman Terakhir)

Bukan, ini bukan soal gagal atau sulit melangkah, ini bukan soal sulit melupakan atau tak rela melepaskan, dan ini bukan soal siapa yang salah dan siapa yang pergi, ini semua hanya memori, yang takkan terhapuskan, tapi bisa tersembuhkan,

bukan begitu?

Klise hidup tentu tak berdasar, entah itu hitam di atas putih atau putih di atas hitam semua ‘jelas’, namun tentu ada hal lain menyertainya.

Namun jujur saja, siapakah yang bisa menerima semuanya? Sulit? Pasti. Sakit? Pasti. Kehilangan? Pasti. Hampa? Pasti. Sedih? Sangat pasti. Benci? Pasti. Kesal? Pasti. Menyesal? Astaga, tak usah tanya lagi, ku rasa semua sudah jelas.

Hai.. ingat aku? Entahlah, aku tak tahu bisa bertemu lagi dengan dirimu kapan. Tapi satu yang pasti aku harus segera menyelesaikan kisah ini. Jadi, boleh aku sampaikan melalui angin malam? Semoga ia bisa menyampaikannya padamu...

Hallo,, lama tak jumpa, ingat kisah pantai yang tak pernah berakhir? Mulai dari rindu yang terpendam, belajar melepas, dan akhirnya menerima kenyataan bahwa hati tak pernah berbohong. Masih ingat? Yah, kau tau? Kini aku membawa halaman terakhir yang akan menutup kisah sang pantai nan indah itu.

Kenapa? Yap. Ingat janjiku dulu? Dan ternyata,, bukan dia yang aku cari, bukan dia, bukan. Rasanya hatiku terlalu hancur jika memang harus dia. Karena yang aku tahu, cinta itu membangkitkan bukan menjatuhkan, membahagiakan bukan menderitakan, memberi ketulusan bukan pengkhianatan, saling memperjuangkan bukan salah satunya melepas perlahan, memberi ketenangan bukan kekhawatiran, saling mempercayakan bukan menusuk dari belakang, saling menghargai bukan saling ingin menang sendiri, saling membagi waktu bukan menginginkan waktu hanya untuknya sendiri. Bukan, sekali lagi bukan.

Yahh,, kini saatnya ku rasa,,

Meski ada keajaiban yang mendatangkan kembali, aku benar-benar tak ingin kembali. Meski rasanya sulit berdiri, tapi aku tak ingin kembali. Meski tanpanya sangat sulit terlalui, tapi aku tak ingin kembali. Meski rasanya sangat kehilangan, tapi aku tak akan pernah lagi ber-angan. Meski hati ini tetap terpatri, tapi aku tetap tak ingin kembali. Perlahan tapi pasti, aku ingin menyembuhkan segalanya, karena aku tahu aku tidak akan pernah bisa melupakan sesuatu, namun aku tahu aku mampu menyembuhkan segalanya. Seperti sedia kala, seperti saat aku tak pernah mengalami lembaran kelam ini, seperti saat aku tak pernah mengenalnya, seperti saat aku tak pernah menulis semua kisah ini...

Kecuali, memang tuhan berkehendak lain. Namun jika memang itu yang terjadi, pasti ada cara dan jalan meluluhkan hati ini lagi, untuk seseorang itu kembali. Sekali lagi hanya jika tuhan memang menginginkan hal ini.

Tapi aku harap, aku takkan pernah kembali lagi. Cukup tuhan, luka kedua kali ini cukup.
Terimakasih untuk segalanya,

Kini saatnya...


Sebelum malam semakin pekat, sebelum angan semakin rekat, sebelum angin malam nan dingin menusuk hingga tulang belikat, sebelum segalanya semakin terikat, aku ingin melepaskannya ke langit malam terpekat, agar aku bisa menemukan kilauan bintang tercerah, yang mampu teraih dan terpeluk erat.

Thanks for everything my love, and now, it’s over...

I Love you, and Sayonara..

END.

;)


n_n


....


:)