Bukan, ini bukan soal gagal atau sulit melangkah, ini bukan soal
sulit melupakan atau tak rela melepaskan, dan ini bukan soal siapa yang salah dan
siapa yang pergi, ini semua hanya memori, yang takkan terhapuskan, tapi bisa
tersembuhkan,
bukan begitu?
Klise hidup tentu tak berdasar, entah itu hitam di atas
putih atau putih di atas hitam semua ‘jelas’, namun tentu ada hal lain
menyertainya.
Namun jujur saja, siapakah yang bisa menerima semuanya? Sulit?
Pasti. Sakit? Pasti. Kehilangan? Pasti. Hampa? Pasti. Sedih? Sangat pasti. Benci?
Pasti. Kesal? Pasti. Menyesal? Astaga, tak usah tanya lagi, ku rasa semua sudah
jelas.
Hai.. ingat aku? Entahlah, aku tak tahu bisa bertemu lagi
dengan dirimu kapan. Tapi satu yang pasti aku harus segera menyelesaikan kisah
ini. Jadi, boleh aku sampaikan melalui angin malam? Semoga ia bisa
menyampaikannya padamu...
Hallo,, lama tak jumpa, ingat kisah pantai yang tak pernah
berakhir? Mulai dari rindu yang terpendam, belajar melepas, dan akhirnya
menerima kenyataan bahwa hati tak pernah berbohong. Masih ingat? Yah, kau tau? Kini
aku membawa halaman terakhir yang akan menutup kisah sang pantai nan indah itu.
Kenapa? Yap. Ingat janjiku dulu? Dan ternyata,, bukan dia
yang aku cari, bukan dia, bukan. Rasanya hatiku terlalu hancur jika memang
harus dia. Karena yang aku tahu, cinta itu membangkitkan bukan menjatuhkan,
membahagiakan bukan menderitakan, memberi ketulusan bukan pengkhianatan, saling
memperjuangkan bukan salah satunya melepas perlahan, memberi ketenangan bukan
kekhawatiran, saling mempercayakan bukan menusuk dari belakang, saling
menghargai bukan saling ingin menang sendiri, saling membagi waktu bukan menginginkan
waktu hanya untuknya sendiri. Bukan, sekali lagi bukan.
Yahh,, kini saatnya ku rasa,,
Meski ada keajaiban yang mendatangkan kembali, aku
benar-benar tak ingin kembali. Meski rasanya sulit berdiri, tapi aku tak ingin
kembali. Meski tanpanya sangat sulit terlalui, tapi aku tak ingin kembali. Meski
rasanya sangat kehilangan, tapi aku tak akan pernah lagi ber-angan. Meski hati
ini tetap terpatri, tapi aku tetap tak ingin kembali. Perlahan tapi pasti, aku
ingin menyembuhkan segalanya, karena aku tahu aku tidak akan pernah bisa
melupakan sesuatu, namun aku tahu aku mampu menyembuhkan segalanya. Seperti sedia
kala, seperti saat aku tak pernah mengalami lembaran kelam ini, seperti saat
aku tak pernah mengenalnya, seperti saat aku tak pernah menulis semua kisah
ini...
Kecuali, memang tuhan berkehendak lain. Namun jika memang
itu yang terjadi, pasti ada cara dan jalan meluluhkan hati ini lagi, untuk
seseorang itu kembali. Sekali lagi hanya jika tuhan memang menginginkan hal
ini.
Tapi aku harap, aku takkan pernah kembali lagi. Cukup tuhan,
luka kedua kali ini cukup.
Terimakasih untuk segalanya,
Kini saatnya...
Sebelum malam semakin pekat, sebelum angan semakin rekat, sebelum angin malam nan dingin menusuk hingga tulang belikat, sebelum segalanya semakin terikat, aku ingin melepaskannya ke langit malam terpekat, agar aku bisa menemukan kilauan bintang tercerah, yang mampu teraih dan terpeluk erat.
Thanks for everything my love, and now, it’s over...
I Love you, and Sayonara..
END.
END.